Back

You Are Precious

Kho Edbert Putra Khodiyat

You Are Precious 


Hai Kalyanamitta Buddhist Worship, kalian pernah ga si merasa kalau hidup ini sia-sia? Eits tunggu dulu teman-teman, Sang Buddha udah ajarin kita tentang seberapa pentingnya kehidupan ini terutama lahir sebagai manusia. Wah kok bisa ya bukannya hidup kita  itu banyak masalah? 


Sangat Sulit untuk Lahir Sebagai Seorang Manusia

    Kita semua mungkin berpikir pada umumnya kalau lahirnya manusia berawal dari  pertemuan antara sel sperma dan sel telur. Sesuai yang aku kutip dari Kompas.com kalau dalam proses yang menyebabkan kehamilan pada seorang wanita, itu ada 100 juta sel sperma yang berjuang untuk membuahi sel telur namun hanya ada satu sel sperma yang berhasil. Pada saat proses tersebut kesadaran itu masuk sehingga terjadinya kehamilan. Selain dipengaruhi oleh faktor biologis, faktor psikologis,  faktor sosial, dan ada faktor karma dari masa lalu yang mengkondisikannya. Butuh karma baik yang cukup dan pas  untuk bisa lahir sebagai manusia. Pertanyaanya apa yang terjadi seandainya kalau kurang satu karma baik aja untuk bisa lahir jadi manusia?

    Dalam Nakhasikkha Sutta, Sang Buddha memberikan analogi kalau lahir sebagai seorang manusia itu bagaikan banyaknya debu yang ada di ujung kuku. Kita bisa coba bandingkan banyaknya debu di ujung kita sama banyaknya debu di tanah , sangat sedikit bukan? Dari penjelasan Sang Buddha sendiri itu sudah membuktikan kalau lahir sebagai manusia itu adalah suatu kesempatan yang sangat sulit didapat. Walaupun manusia di dunia jumlah sekitar 2 milyar namun misalnya jumlah semut ada berapa? tentunya jumlah semut itu sangat banyak dibandingkan manusia. 


Jauh Lebih Sulit Bertemu Dhamma

Buddha juga berkata sama kita semua kalau lahir jadi manusia itu sudah susah namun jauh lebih sulit lagi berjodoh dengan Dhamma. Buddha sendiri pun melakukan scanning kepada siapa beliau mau membabarkan Dhamma. Bukannya pilih kasih temen-temen namun Buddha pun bisa melihat siapa yang berjodoh dan siap untuk menerima Dhamma. Jadi apabila sekarang ini temen-temen bisa belajar Dhamma apalagi bisa bertemu dengan komunitas positif yang mendukung kita untuk maju dalam Dhamma itu adalah suatu keberuntungan yang luar biasa. 


Keunikan Alam Manusia 

Alam manusia itu spesial lho. Seorang Bodhisattva apabila hendak menjadi SammasamBuddha maupun PaccekkaBuddha harus lahir di alam manusia. Hal ini telah dijelaskan dalam Samyutta Nikaya 12.1-12.10  berbagai SammasamBuddha seperti Buddha Vipassi yang terlahir dari keluarga Khattiya, Buddha Sikkhi dan Buddha Vessabhu juga demikian.


 Buddha Kakusandha dari keluarga Brahmana, Buddha Konagamana dan Buddha Kassapa pun demikian, dan Buddha Gautama yang kita ketahui adalah seorang Pangeran. Begitu juga dengan Para Pacceka Buddha juga terlahir di alam manusia yang telah dijelaskan dalam Isigili Sutta. Lalu pertanyaanya ada apa dengan alam manusia? Kenapa beliau-beliau ini harus lahir di alam manusia?


Kalau di alam dewa itu, waktunya banyak dihabiskan untuk menikmati buah kebajikan yang diperbuat di masa lalu sehingga para dewa cenderung lupa untuk melatih diri untuk mengakhiri Dukkha. Sedangkan di alam yang menyedihkan seperti setan kelaparan, binatang, neraka, dan raksasa itu jauh lebih sulit lagi untuk melatih diri karena mereka merasakan penderitaan yang hebat sehingga beliau-beliau ini tidak mungkin mencapai ke-Buddhaan di alam itu. Walaupun di alam manusia juga ada delapan penderitaan yaitu lahir, tua, sakit, mati, bertemu dengan yang tidak disukai, berpisah dengan yang dicintai, keinginan tidak tercapai, dan kemekatan karena pikiran dan tubuh namun beliau-beliau itu bisa langsung mencari obat berakhirnya Dukkha. Contoh Pangeran Siddharta dari  keluar istana bertemu dengan orang tua, orang sakit, orang meninggal, dan pertapa, beliau mulai mencari apa sebab dari fenomena itu dan bagaimana cara mengakhirinya yang akhirnya beliau berhasil menjadi SammasamBuddha. Jadi dengan  lahir sebagai manusia, kita bisa melatih diri sebaik mungkin untuk mencapai kebahagiaan muthlak.


Menggunakan Kesempatan Ini 

Kita sudah terlahir sebagai seorang manusia, jadi kita harus menggunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin. Lalu gimana caranya?


  1. Menyayangi Tubuh Kita

Sang Buddha sudah nasehatin kita buat menjaga tubuh  supaya sehat karena kalau kita sehat, kita bisa melakukan berbagai aktivitas terutama dalam melatih diri. Misalnya aja kalau sedang merasa ga enak badan nih, temen-temen bisa aja jadi males kan buat ke vihara atau baca paritta jadi ga fokus. Temen-temen bisa terus menyayangi tubuh ini seperti dengan makan yang bergizi, olahraga, dan istirahat yang cukup. 


Ga hanya menjaga kesehatan tubuh kita nih, namun juga menggunakan tubuh kita untuk menanam karma baik dan mempraktikkan sila untuk mencegah kita melakukan karma buruk. Misalnya kita bisa nih berbuat baik dengan membicarakan hal-hal yang membantu orang lain buat terus berkembang, lalu  di vihara atau komunitas positif seperti Buddhist Worship dengan melakukan pelayanan seperti praise and worship kepada Buddha melalui nge-dance, menyanyi, bermain musik, menulis, dan masih banyak lagi.  Jadi karena kita sudah lahir sebagai manusia, yuk gunakan kesempatan ini untuk menjaga kesehatan tubuh dan berbuat baik. 


  1. Menyayangi Pikiran Kita

Selain menjaga kesehatan tubuh dan menggunakannya untuk menanam karma baik, kita juga menyayangi pikiran. Sering kita malah mengisi pikiran ini dengan hal - hal yang tidak bermanfaat seperti membaca berita atau konten yang negatif, komen-komen negatif dari netizen dan masih banyak lagi. Itu semua tanpa sadar bisa menimbulkan keserakahan, kebencian, ketakutan, ketidak-tahuan, kesedihan, dan lain-lain. Lebih baik kita mengisi pikiran ini dengan belajar Dhamma, bermeditasi, membaca paritta, membaca konten-konten atau buku edukatif, dan seterusnya yang pastinya nih membawa manfaat yang besar untuk diri kita sendiri. 


  1. Mengembangkan Kebijaksanaan

Buddha juga selalu bilang sumber dari segala masalah di hidup ini adalah ketidaktahuan. Ketidaktahuan itu bukan berarti disebabkan karena ga sekolah atau karena males belajar jadi dapet nilai yang buruk tapi berarti kita tidak mengerti apa sifat hidup ini. Kita sibuk belajar terus menerus, cari uang mati-matian, mengejar ketenaran, dan mencari pacar atau pasangan hidup namun lupa untuk belajar memahami sifat hidup yang selalu berubah, ada , segala sesuatu yang berkondisi, dan bukan milik kita sehingga problem. 


Karena di kehidupan ini  sudah lahir sebagai seorang manusia bahkan berjodoh dengan ajaran Buddha, kita menggunakan kesempatan ini untuk terus mengembangkan kebijaksanaan ini. Sang Buddha sudah membabarkan Dhamma sebegitu luas, kita mempelajari pelan-pelan.  Bahkan dalam Vajrachedika Prajnaparamita Sutra, Buddha memberikan analogi kalau kebijaksanaan ibarat berlian. Berlian itu sifatnya gigih yang artinya tidak mudah terombang-ambing oleh ilusi kehidupan, terang yang artinya memberikan pencerahan pada kita semua, dan tajam yang artinya memutus ilusi kehidupan. Jadi kebijaksanaan ini sangat penting lho temen-temen, yuk asah terus kebijaksanaan dalam diri kita. 


  1. Menyebarkan Cinta

Kita sama- sama lahir sebagai manusia lalu buat apa sih kita membenci , menyakiti, menghina satu sama lain?,Jauh lebih indah kalau kita bisa menyebarkan cinta lewat kebajikan-kebajikan yang kita lakukan. Hal ini semata-mata dilakukan untuk memberikan manfaat bagi orang lain atau bahkan makhluk lainnya. Jadi kebahagiaan yang kita rasakan tidak hanya kita rasakan sendiri namun orang lain atau makhluk lain bisa ikut merasakannya. Tentunya kebahagiaan yang kita rasakan jauh lebih besar. Dengan menyebarkan cinta, kita semakin terkoneksi satu sama lain, dan inilah indahnya hidup ini.


Itu tadi adalah beberapa cara untuk menggunakan kesempatan kita sebagai seorang manusia. Gunakan kesempatan ini untuk melakukan hal-hal yang diatas. Selamat mencoba

Referensi


https://suttacentral.net/sn12


https://suttacentral.net/mn116/id/anggara


https://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=995


https://health.kompas.com/read/2020/04/12/194700468/ciri-ciri-sperma-sehat-yang-mampu-membuahi-sel-telur?page=all